RSJ
Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang bekerja sama dengan United State Agency for International Development
(USAID) Indonesia menggelar
acara Pelatihan Manajemen Kasus Dalam Penanganan HIV dan AIDS melalui program
SUM II.
Bertempat di Guest
House RSJRW Lawang, pelatihan yang diikuti oleh 20 orang peserta yang terdiri
dari Konselor yang berasal dari beberapa LSM yang ada di Surabaya, Malang, dan
Kediri, dan Penyuluh Kesehatan Napza RSJRW Lawang ini
digelar selama lima hari yaitu 20 s/d 24 Mei 2013.
Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan HIV dan AIDS
2010–2014 menegaskan bahwa tujuan utama upaya penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia adalah menekan terjadinya penularan baru, meningkatkan kualitas hidup
orang dengan HIV serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS
pada individu, keluarga dan masyarakat.
United State Agency for International
Development (USAID) Indonesia mempercayakan pengelolaan dan
pelaksanaan program AIDS Project Management Group (APMG) kepada Program
SUM II. Program SUM (Scaling Up the HIV
Response among Most-at-risk Populations) II adalah bentuk dukungan dan
kerjasama pemerintah Indonesia dan Amerika dalam upaya penanggulangan HIV di
Indonesia yang berjalan mulai tahun 2010 sampai 2015. Program ini dirancang
untuk meningkatkan cakupan intervensi efektif, komprehensif, terintegrasi dan
berkelanjutan dengan menyediakan dukungan kepada instansi pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bekerja dalam program pengendalian
HIV/AIDS.
Ditemui
dalam kesempatan yang sama, Meytha Nuraeni, Regional Coordinator, East Java,
Scalling Up For Most at Risk Population (SUM) 2 USAID Project yang juga sebagai
salah satu narasumber menyatakan “Ada empat
kelompok resiko yang didampingi oleh kelompok ini, yakni gay, waria, PSK dan
pengguna narkotik terutama pengguna dengan cara penyuntikan, mereka kebanyakan
adalah orang-orang marginal yang tidak mudah melakukan komunikasi dengan orang
awam. Program SUM I berperan sebagai tenaga penguat layanan program, dari
klinis sampai pada perubahan perilaku. Mekanisme grants ke LSM dari small
grants sampai ARV ( Antiretroviral) (*obat anti HIV) sampai dengan Home Base
Care” ujarnya.
Di
Jawa Timur, ada KPA (Komunitas Peduli AIDS) yang bekerjasama dengan Kota Malang,
Kediri, Yayasan Orbit, Perwakos, Genta,
Paramitra, Kakawamar, SUAR dan organisasi lainnya. SUM 1 bertugas memberikan edukasi, tes dini, layanan
dukungan, penengah antara penderita dengan keluarga/layanan kesehatan,
perawatan sampai dengan after care,
mencari menunjukkan dan mengarahkan ke dalam fase terminal (rohani). Dan SUM II
berperan untuk memberikan bantuan taget dalam
kinerja organisasi requaired untuk
meningkatkan efektif, intervensi
HIV terpadu yang mengarah ke
substansial dan terukur perubahan perilaku di kalangan populasi MARPs, serta menyediakan dan memantau small grants kepada organisasi masyarakat sipil yang
berkualitas untuk mendukung scale
up intervensi terpadu
di "hotspot", di mana ada konsentrasi tinggi pada satu atau lebih paling populasi berisiko dan perilaku berisiko tinggi.
“Korban kebanyakan diisolasi oleh
masyarakat dan sebelum ARV diharuskan ada tes kesehatan (check up) keseluruhan
yang otomatis membutuhkan biaya lumayan besar. Mudin kebanyakan tidak mau
memandikan jenazah, jadi ada anggota yang lalu menjadi relawan. Yang menjadi PR
kami, adalah bagaimana organisasi mampu mengelola dana anggaran agar kegiatan
atau program dapat terus berjalan”terangnya lagi.
Harapan
dari kegiatan pelatihan ini adalah terlaksananya program penanggulangan
HIV/AIDS di Indonesia melalui Manajemen Kasus pada penderita Napza,
terpenuhinya kebutuhan sumberdaya yang kompeten di Unit NAPZA RSJRW, serta agar
peserta lebih mengerti akan Management Kasus, Ada semangat perubahan,
meningkatkan ketrampilan, mampu memberikan penanganan pertama, dapat menambah
jejaring, dan mampu memfasilitasi teman-teman lain di komunitasnya. (saras)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar