Lawang (01/11) – MS (47 tahun)
warga Kelurahan Panarukan Kepanjen, selama ini menghabiskan 30 tahun masa
hidupnya di sebuah bangunan bertembok tank berpintu, tanpa penerangan, lembab, hanya
berventilasi lubang 50 x 60 cm
yang berjeruji dan dicor tepinya.
Sebelum sakit dan akhirnya dipasung MS dikenal warga sebagai pemuda yang
cerdas, bahkan rumah berlantai 2 yang ditempati oleh keluarganya merupakan
hasil buah tangannya. Menurut kerabat, MS mulai menunjukan gejala gangguan jiwa
saat usia 17 tahun yang kala itu tengah duduk dibangku kelas 3 salah satu SMA
Negeri Favorit di Kabupaten Malang. MS yang cerdas mendadak sering marah,
merusak barang di rumah, merusak rumah tetangga di sekitar kediamannya bahkan
tidak segan untuk memukul para tetangganya. Keluarga yang merasa terancam, sudah
tidak memiliki biaya untuk memberikan ganti rugi dan berobat. Mengisolasi MS di
salah satu bangunan di sudut rumah menjadi pilihan keluarga untuk dapat
melanjutkan kehidupan mereka dengan tenang, sekaligus memberikan rasa aman bagi
keluarga dan masyarakat sekitar.
Butuh waktu 1 tahun
bagi Petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Dinas Sosial Kab.
Malang, Puskesmas Panarukan dan Perangkat Desa setempat untuk membujuk keluarga
agar mau membebaskan pasung dan membawa MS untuk berobat di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang (RSJRW). Hingga akhirnya pada Senin 31 Oktober 2016
kemarin, tim berhasil membebaskan MS dan dirujuk berobat di RSJRW. Untuk
membebaskan MS, Tim gabungan dari RSJRW, Puskesmas, Dinsos, dan Perangkat Desa terpaksa
membobol tembok pembatas untuk masuk ke dalam ruang pasung pasien.
Beratnya kehidupan MS
ini hanya sebagai contoh kecil fenomena pasung di Jawa Timur karena menurut http://epasung.dinsos.jatimprov.go.id/ hingga saat ini masih ada 744 korban pasung
lain di Jawa Timur. Dalam upaya pembebasan pasung agenda yang tidak kalah
penting dan harus diperhatikan oleh berbagai pihak adalah bagaimana agar korban
pasung yang telah dibebaskan tidak lagi terpasung ketika kembali ke keluarga
dan masyarakat. Direktur Medik dan Keperawatan RSJRW dr. Yuniar Sp.KJ yang
turut dalam upaya evakuasi MS menyatakan bahwa diberbagai daerah angka repasung
masih sangat tinggi di Aceh angka
repasung mencapai 25% dan di Magelang mencapai 40%. Menurut Kasi Rehabilitasi Dinas Sosial
Provinsi Jatim Bapak Yusmanu, saat ini Dinsos tengah melaksanakan Program Bebas
Pasung Tanpa Re-Pasung dengan memberdayakan para pendamping Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk terus mendampingi, memantau dan mengedukasi ODGJ,
Keluarga dan Masyarakat agar ODGJ yang telah kembali di keluarga dan masyarakat
dapat diterima dan diberikan kesempatan untuk kembali menjadi manusia
produktif. Hal senada juga diungkapkan oleh Lurah Panarukan Bapak Sugeng, SE
untuk menghindari kembali terpasungnya MS saat kembali ke keluarga, Lurah telah
berkoordinasi dengan RT dan RW setempat untuk dapat menerima kedatangan MS dan
memberikan kesempatan bekerja di lahan pertanian di Desa Panarukan (arum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar