Rabu, 07 Juni 2017

PEKAN PANCASILA DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG





“Kami Tenaga Kesehatan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Cinta Indonesia, Cinta Pancasila
Saya Indonesia, Saya Pancasila”

Kalimat di atas merupakan petikan yel-yel Pekan Pancasila yang dikumandangkan segenap civitas hospitalia RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) pada Upacara Bendera peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2017. Sebagai satuan kerja milik pemerintah RSJRW turut mengambil bagian dalam kemeriahan kegiatan Pekan Pancasila yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada 29 Mei – 4 Juni 2017. Upacara Bendera dipimpin langsung oleh Direktur Utama dr. Laurentius Panggabean Sp. KJ MKK selaku Inspektur Upacara. Pada sambutan Presiden RI yang disampaikan oleh Inspektur Upacara tujuan dari penyelenggaraan Pekan Pancasila ini adalah untuk menguatkan dan memperkenalkan ulang dasar-dasar Pancasila serta untuk menarik minat para generasi muda terhadap Pancasila sehingga diharapkan seluruh komponen bangsa Indonesia dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diharapkan peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini dapat mengingatkan kembali sejarah Pancasila dan menggugah semangat seluruh masyarakat agar dapat meneladani nilai-nilai Pancasila dimulai dari diri sendiri. Maka akan tercipta Indonesia yang damai sebagai wujud semboyan “Bhineka Tunggal Ika” (asw hukormas rsjrw 0341 426015 ext 1154).

PERSIAPAN PENETAPAN “AGENT OF CHANGE” DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



Reformasi Birokrasi menjadi tujuan besar yang diwujudkan dalam perubahan paradigma dan tata kelola sebuah satuan kerja pemerintahan, tidak terkecuali pada RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW). Salah satu poin penting yang mendukung terwujudnya reformasi birokrasi adalah perubahan pola pikir danbudaya kerja. Perubahan terebut dapat dicapai dengan adanya keteladanan berperilaku yang nyata dari pimpinan dan individu anggota satuan kerja.Menurut PERMENPANRB No 27 tahun 2014 mengenai Pedoman Pembangunan Agen Perubahan Di Instansi Pemerintah, diperlukan individu atau kelompok anggota organisasi dari tingkat pimpinan sampai dengan pegawai untuk dapat menggerakkan perubahan pada lingkungan kerjanya dan sekaligus dapat berperan sebagai teladan (role model) bagi setiap individu organisasi yang lain dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut organisasi. Individu atau kelompok anggota ini disebut dengan Agen Perubahan (Agent of Change).

Serangkaian tahapan pemilihan Agent of Change (AoC) telah dilaksanakan di RSJRW. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI melalui Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah melaksanakan tes Executive Behavior Assesment (EBA) pada 4 November 2016 dan diikuti oleh 50 peserta yang diproyeksikan akan menjadi AoC RSJRW. Sebagai tindak lanjut dari tes EBA sebelumnya, Selasa 30 Mei 2017 dilaksanakan paparan hasil tes EBA oleh dr. Trisna Wahjuni Putri M.Kes dan Tim. Paparan dilaksanakan di Ruang Operation Room, dibuka secara resmi oleh Direktur Utama dr. Laurentius Panggabean Sp.KJ MKK, dihadiri oleh jajaran direksi dan pejabat struktural.
Pada paparannya dr. Trisna menyampaikan dari serangkaian tes yang telah dilaksanakan sebelumnya, berdasarkan jabatan dapat digambarkan sebagai berikut:strukturalterdiridari 24 orang (48%), staf17 orang (34%), danfungsionalsebanyak9 orang (18%). Berdasarkan tingkat pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut : D1-D3 sebanyak 5 orang (10%), dan S1-S3 sebanyak 45 orang (90%). Dari profil peserta tersebut didapatkan gambaran umum hasil tes EBA bahwa peserta lebih banyak dominan pada fungsi hemisfer kiri atau otak kiri menunjukkan dalam proses berpikir logis dan lebih sistematis. Orang-orang dengan berpikir kiri adalah orang-orang yang mengembangkan nalar secara terfokus dalam memahami sesuatu. Setelah dilaksanakan uji kecocokan dengan indeks kesesuaian sebagaiAoC dari 50 peserta yang mengikuti tes EBA >80% memenuhi kriteria sebagai AoC.

Jumat, 26 Mei 2017

PENANGANAN MASALAH GERIATRI DI FASILITAS KESEHATAN JEJARING RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG



Menuju Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Psikogeriatri pada tahun 2019, RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan Instalasi Psikogeriatri. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah melakukan penguatan jejaring rujukan dengan Fasilitas Kesehatan (Faskes) pertama di Malang Raya. Sebanyak 30 perwakilan Faskes hadir dalam Pelatihan Penanganan Masalah Geriatri di Faskes Jejaring RSJRW. Pelatihan tersebut diselenggarakan di Gedung Daycare Adiyuswa pada Rabu 24 Mei 2017 dan dibuka secara resmi oleh Direktur Medik dan Keperawatan dr. Yuniar Sp.KJ. 
Masa lansia adalah proses alami yang pasti dialami oleh setiap manusia, pada fase tersebut biasanya individu mengalami penurunan fungsi motorik dan psikomotor. Keadaan tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Berbagai permasalahan kesehatan jiwa yang biasa muncul diantaranya, Demensia (kepikunan), Depresi, Delirium (berkuranya kesadaran) dan Gangguan cemas. Kompleksnya gangguan kejiwaan pada lansia menjadikan pemahaman mengenai deteksi dini dan penanganan gangguan yang tepat harus terus ditingkatkan. Pada pelatihan ini peserta berkesempatan meningkatkan pemahaman mengenai seluk beluk penanganan gangguan jiwa pada lansia, dilihat dari berbagai latar belakang keilmuan, beberapa materi yang dipaparkan yakni:

  1. Paparan Sistem Rujukan Terpadu oleh Basirun Amd.Pk, SKM
  2. Sindrom Geriatri oleh dr. Yunita C Sp.PD
  3. Activity Planning for Elderly oleh dr. Azizah R, Sp.KFR
  4. Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia oleh dr. Yulia Fatima Bessing Sp.KJ
  5. Demensia Vaskuler oleh dr. Hari Budi Sp.S

Ke depan diharapkan dengan adanya peningkatan pemahaman penanganan gangguan jiwa pada lansia, gangguan dapat dideteksi dan ditangani sejak dini sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan sehat dan bahagia.   (hukormas & pkrs rsjrw 0341 426015).

Rabu, 24 Mei 2017

BIMIBINGAN GERAKAN SADAR ARSIP DI RSJ DR RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG





Lawang - Arsip menjadi salah satu sumber informasi terdokumentasi yang memiliki fungsi strategis dalam menunjang kegiatan administrasi satuan kerja.
 Pengelolaan kearsipan yang baik menentukan akuntabilitas kinerja dan untuk menuju tata kelola arsip yang baik dibutuhkan komitmen dari seluruh jajaran manajemen dan staf untuk bersama menuju tata kelola arsip yang berkualitas. Monitoring evaluasi dalam bentuk pendampingan dan pengawasan secara berkala dibutuhkan untuk menjaga kualitas pengelolaan arsip satuan kerja.
Kementerian Kesehatan mendukung tata kelola arsip melalui pencanangan GNSTA ( Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip ). Salah satu poin penting dalam tata kelola arsip adalah kegiatan penyusutan. Kegiatan penyusutan sangat perlu direncanakan oleh sebuah organisasi maka dari itu Jumat 12 Mei 2017 RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) berkesempatan melaksanakan bimbingan tata kelola dan penyusutan arsip oleh Bagian Umum dan Kepegawaian. Direktorat Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Bimbingan dibuka secara resmi oleh Direktur SDM dan Pendidikan dr. Didit Roesono Sp.KJ di Ruang Anjasmoro.
Pada kesempatan tersebut tim pembimbing memberikan materi tata kelola arsip sesuai kebijakan terbaru sesuai GNSTA dan meninjau langsung tata kearsipan di Sub Bagian Tata Usaha, Bagian Keuangan, Instalasi Rekam Medis dan Gudang Arsip (aswhukormasrsjrw 0341 426015 ext 1154).

PERESMIAN POSYANDU JAMINAN JIWA SEHAT DI KABUPATEN MALANG




Lawang -  RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Perangkat Desa Wonorejo Singosari, Kader Sehat Jiwa dan masyarakat desa setempat melaksanakan peresmian Posyandu Sehat Jiwa JJS (Jaminan Jiwa Sehat). Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis 18 Mei 2017 dan diresmikan oleh Bupati Malang Dr. Rendra Kresna. Pada sambutannya Dr. Rendra Kresna menyampaikan bahwa dukungan keluarga memiliki peran penting dalam proses pengobatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), jangan segan atau malu segera berkonsultasi dengan dokter puskesmas terdekat bila menemui gejala gangguan jiwa pada keluarga.
Sebanyak 33 ODGJ turut berpartisipasi dalam momen peresmian posyandu sehat jiwa, para ODGJ tersebut berkesempatan menampilkan hasil karya hasil binaan kegiatan posyandu. Beberapa hasil karya yang ditampilkan diantaranya: gantungan kunci, bros, keset dan kemoceng. Posyandu sehat jiwa diikuti ODGJ, mantan ODGJ, keluarga, kader sehat jiwa dan masyarakat umum lainnya. Selain diberikan pelatihan keterampilan peserta juga diberikan edukasi mengenai pentingnya deteksi dini dan penanganan gangguan jiwa. Pada kesempatan yang sama juga dilakukan demo teleconference psikiatrik posyandu jiwa di desa wonorejo dengan psikiater di RSJRW. Kedepannya diharapkan dengan menggunakan teknologi teleconference konsultasi psikiatri dapat lebih mudah dilakukan.
Kepala Puskesmas Ardimulyo dr. Widya Damayanti, MMRS yang sekaligus menjadi ketua panitia dalam kegiatan tersebut menyampaikan, di lapangan terdapat beberapa hambatan yang dialami dalam penanganan ODGJ diantaranya:

  1. Stigma yang masih kuat dari keluarga dan kurangnya dukungan bagi penderita ODGJ untuk dibawa berobat ke Puskesmas
  2. Desa Siaga Sehat Jiwa yang sudah ada jumlahnya terbatas dan belum memiliki tempat yang kurang memadai
  3. Beberapa ODGJ belum memiliki NIK/KTP sehingga sulit untuk mengurus administrasi pengobatan.
Diperlukan koordinasi lintas sektor dan dukungan dari berbagai pihak terkait untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Diharapkan dengan peresmian Posyandu Sehat Jiwa JJS di Desa Wonorejo ini dapat menjadi langkah awal perbaikan kualitas pelayanan terhadap ODGJ (hukormas & pkrs rsjrw 0341 426015).